Mahasiswa FK Unsri dipukul Ajudan Gubernur , Seluruh Mahasiswa Unsri Unjuk rasa dikantor Gubernur minta Keadilan
Palembang, Sebuah peristiwa baru-baru ini mencoreng institusi Negara, Ajudan gebernur Sumsel melakukan penganiayaan kepada 9 mahasiswa Kedokteran Universitas Sriwijaya. Berikut kronologis peristiwa yang berhasil kami dapatkan dari korban sendiri.
Pada tanggal 11 oktober 2011 kami mahasiswa Fakultas Kedokteran(FK) semester 3 yang berjumlah sembilan orang memulai perjalanan dara Palembang menuju Fakultas Kedokteran di Indralaya. Ketika diperjalanan tepatnya dikawasan Poligon mobil yang dikendarai mahasiswa kedokteran ini dilewati oleh rombongan gubernur yang berjumlah lima mobil. Sesampai disimpang perempatan setelah musi dua (kiri kearah kertapati , kanan kearah Indralaya,lurus kearah Jakabaring) kami memotong laju kendaraan rombongan kendaraan Gubernur tersebut dikarena rombongan gebernur tersebutmemperlambat laju kendaraan sehingga memungkinkan kami untuk melewati mereka, yang kebetulan juga jalur sebelah kanan tidak ada kendaraan. Orang-orang didalam kendaraan Patway dengan isyarat tangan mempersilakan kami mendahului dan akhirnya dua mobil kamipun mendahului rombongan tersebut.
Setelah peritiwa tersebut kamipun menaikan kecepatan dan meninggalkan rombongan tersebut jauh dibelakang kami, hingga salah satu dari kami yaitu mobil baleno yang dikendarai Anugrah Manggala Yudha tertinggal dan dilewati kembali oleh rombongan gubernur tanpa terjadi sesuatu. Ketika melewati Pom bensin didekat perusahaan kimia rombongan gebernur tepat berada dibelakang kami sehingga kami berinisiatif memberi jalan dengan menepikan mobil dan memberikan sein kiri. Mobil pertama melewati mobil honda jazz yang sudah menepi dan salah satu mobil rombongan gubernur berhenti yang berisi dua orang yang mengenakan baju abu-abu seperti baju safari tanpa ada identitas melekat dipakaian mereka. Mereka menyuruh turun kami dari mobil honda jazz dengan cara yang kasar .mereka berdua memukul-mukul kaca mobil dibagian upir bahkan salah satu dari mereka melempar kaca mobil dengan botol plastik yang berisi air. Kami mereasa takut dan khawatir melihat perlakuan kedua orang tersebut sehingga kami meninggalkan kedua orang tersebut dengan mengambil jalur sisi kiri. Ketika kami meninggalakan kedua orang tersebur lantas mereka tidak membiarkan kami pergi malah mereka mengaejar kami dengan tambahan dua mobil lagi. Mobil kami yang sudah terpojok pun akhirnya diberhentika secara paksa oleh ketiga mobil tersebut. Pertama mobil pajero memotong jalur kami lalu menutup jalan kami dan mobil Honda Crv memepet kami dari kanan dan terakhir mobil nissan Frontier menutupi kami dari belakang sehingga kami tidak bisa bergerak kemana-mana. Setelah mobil kami terkepung kurang lebih lima orang turun dari mobil tersebut , dengan perlakuan yang sama kami disuruh turun secara paksa. Saya yang merasa ketakutan melihat perlakuan mereka membuka kaca dan meminta maaf. Ketika saya meminta maaf mereka bertanya” Apakah ada anak pejabat dan anak anggota disini...? kami pun menjawab kompak “tidak” , lalu mereka menyuruh saya turun dan langsung memukul wajah dan menendang lengan bawah saya. Tidak hanya memukul dan menendang mereka juga merebut kunci mobil saya secara paksa. Melihat perlakuan mereka terhadap saya teman saya yang berada dikursi belakang keluar untuk meminta maaf tetapi permintaan maaf teman saya( Achmad Ridho ) tidak diindahkan malah mereka meminta seluruh teman-teman saya yang ada didalam mobil untuk keluar dan jongkok dibelakang mobil. Kami yang disuruh jongkok mendapatkan juga perlakuan yang kasar yaitu salah satu dari mereka yang bersepatu Pantofel menendang kami bahkan sampai mengenai pelipis mata kanan saya. Teman kami yang mengendarai mobil baleno yang berada dibelakang kami tadi melihat kejadian tersebut dan menepikan mobil tersebut. Melihat penumpang mobil baleno tadi turun salah satu dari orang-orang tadi menghampiri mereka mengulangi pertanyaan yang sama ‘ Apakah ada anak pejabat dan anak angggota disini..? . Ketika mendengar jawaban tidak petugas tersebut langsung menampari satu persatu penumpang mobil baleno tersebut.
Saat kejadian itu berlangsung melintaslah satu bus dosen dan Staff Fakultas Hukum dan satu bus mahasiswa Fakultas Hukum yang menyaksikan kejadian tersebut secara langsung. Rombongan dosen tersebut yang merasa tidak enak melihat perlakuan yang diterima kami langsung menghentikan mobil dan menghentikan kejadian tersebut. Beberapa dosen meminta kami untuk menunjukan siapa saja orang yang melakukan penganiayaan. Sontak saya menunjuk beberapa petugas yang sudah menjauhi tempat kejadian. Saya sendiri yang tidak ingin memperpanjang keributan mendekati salah satu petugas yang berperawakan hitam besar dan menggunakan safari hitam tersebut dan meminta kunci mobil saya yang dirampas. Awalnya saya hanya mendapatkan kunci mobil saya tanpa kunci utama dan saya yang menyadari hal tersebut langsung meminta kunci utama saya. Awalnya petugas yang berperawakan hitam tersebut berkilah tidak mengetahui tetapi pada akhirnya dia menyerahkan kunci utama tersebut dengan alasan masih didalam mobil saya. Setelah mendapatkan kunci tersebut saya dan teman beserta dua dosen Fakultas Hukum yaitu Bapak Abdulah Goffar dan Bapak Suratman melakukan pelaporan kejadian tersebut ke Polres OI, ujar Korban Azri Larga Guhpta menutup cerita Kronologis kepada kami.
Dilain tempat tepatnya tanggal 14 oktober 2011 Badan Eksekutif Mahisiswa Universitas Sriwijaya yang dari semua fakultas bergabung dan mengadakan Unjuk rasa didepan Kantor Gebernur. Unjuk rasa ini sendiri menunjukan aksi solidaritas Mahasiswa Universitas Sriwijaya atas kejadian yang menimpa Arzi Larga Guhpta yang menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dan penganiayaan. Unjuk rasa ini sendiri diikuti sebanyak 200 mahasiswa yang tergabung dari berbagai Fakultas di Universitas Sriwijaya. Disini mahasiswa menuntut :
- Pelaku di Pecat dari institusi Negara
- Pelaku di proses hukum dan dipenjara
- Gubernur sebagai atasan meminta maaf kepada korban
Selain menuntut ketiga hal tersebut mahasiswa meminta agar tidak terjadi lagi kesewenang-wenangan untuk melakukan kekerasan , karena menurut mahasiswa yang berunjuk rasa ini zaman telah modern segala sesuatu bisa diselesaikan dengan baik-baik bukan dengan kekerasan yang dilakukan oleh Ajudan Gebernur tersebut. Disini juga Mahasiswa berjanji akan mengadakan unjuk rasa lebih besar yaitu 1000 mahasiswa Universitas Sriwijaya akan didatangkan untuk menunjukan rasa kesolidaritasan bila tuntutan tersebut tidak direalisasikan. Mungkin banyak pelajaran yang didapat pada peristiwa ini seperti tidak bolehnya melakukan kekerasan terdahap siapapun dan belajar untuk saling menghargai. Mahasiswa sendiri sebagai calon penerus bangsa seharusnya bisa diberikan peringatan terlebih dahulu jika melakukan pelanggaran bukan langsung dengan main pukul karena jika telah diajarkan seperti itu maka mereka akan terus melakukannya dan lama-lama negara kita akan menjadi negara berbudaya barat.
Disini juga mahasiswa dan semua orang berharap agar hal-hal seperti ini tidak akan terjadi lagi sehingga bisa tercipta kebersamaan.